Sabtu, 29 Agustus 2009

Ramadhan : Pendidikan Akhlak

Bulan Ramadhan adalah kesempatan paling baik guna mengubah pola akhlak dan perilaku. Pengaruh konstruktif berpuasa adalah memperkokoh tekad demi mengontrol perilaku tidak rasional dan tidak normal. Ikut dalam lingkungan Bulan Rambadhan membantu manusia melawan sifat-sifat buruk dan memperbaikinya. Cepat marah merupakan masalah kejiwaan dan perilaku sebagian manusia. Di sini kami akan menceritakan kisah mengenai upaya mengontrol amarah dengan memanfaatkan sebagian metode psikolog dalam mengubah perilaku seseorang.

Ada anak muda yang memiliki perangai buruk. Sikap kerasnya selalu mengganggu orang-orang di sekitarnya. Ia telah berusaha keras mengubah kebiasaan buruknya namun tidak pernah berhasil. Suatu hari ayahnya memberi palu dan sejumlah paku dan mengatakan kepadanya, "Setiap kali engkau marah, engkau memaku sebuah paku di dinding di depan mu. Hari pertama, pemuda itu terpaksa memaku cukup banyak paku di dinding yang cukup tebal dan kokoh itu.

Di akhir hari pertama ia mulai memahami tingkat kemarahannya sepanjang hari. Di hari-hari selanjutnya ia perlahan-perlahan mulai mengurangi kemarahannya agar paku yang ditanamkannya di dinding semakin berkurang. Dengan cara ini setiap malam ia selalu berpikir untuk mengawasi perbuatannya dan begitulah, setiap hari semakin berkurang paku yang ditancapkan ke dinding. Ia semakin punya harapan dapat mengubah perilakunya. Waktu berlalu dan paku yang ditancapkannya di dinding semakin berkurang.

Dengan cara ini suatu hari pemuda ini merasa perilaku buruk dan amarahnya telah hilang dari dirinya. Ia kemudian menceritakan hal ini kepada ayahnya. Dengan cerdas ayahnya mengusulkan kepadanya untuk mencabut paku yang ditancapkannya ke dinding setiap kali ia tidak marah. Hari-hari berlalu hingga suatu hari pemuda ini mendapatkan seluruh paku telah dicabutnya. Setelah itu sang ayah memegang tangan anaknya dan membawanya ke dinding bekas paku ditancapkan di sana.

Setelah itu ia menghadap anaknya dan berkata, "Engkau telah berhasil lewat usahamu sendiri. Namun kini perhatikan lubang yang ada di dinding. Anakku, ketika engkau dalam kondisi marah kepada orang lain dan mengucapkan sesuatu, sama seperti paku yang melubangi dinding. Engkau telah melubangi dinding hati mereka. Luka yang engkau tanamkan dalam hati orang lain akan tetap berbekas dan memperbaikinya tidaklah mudah." Anak muda itu akhirnya menyadari apa yang diucapkan ayahnya dan sejak itu ia berusaha untuk meninggalkan perilaku amarah dan bersikap baik dengan orang lain.

Ama@Irib